Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani bermacam-macam harapan, terutama dari generasi sebelumnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda adalah generasi penerus yang diharapkan dapat meneruskan dan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang melanjutkan estafet dari generasi sebelumnya guna membangun harapan bangsa selanjutnya.
Lebih menarik lagi pemuda menghadapi masalah-masalah yang sangat bervariasi, dimana jika tidak diatasi dengan cara proporsional maka pemuda kehilangan fungsinya sebagai penerus pembangunan. Hal ini memicu pemuda agar lebih berpikir logis dan tenang dalam menghadapi permasalahan yang menanggapinya.
Disamping menghadapi permasalahan-permasalahan, pemuda memiliki potensi yang melekat pada dirinya dan sangat penting artinya bagi sumber daya manusia. Oleh karena itu, berbagai potensi positif yang dimiliki generasi muda harus dikembangkan. Dalam arti pengembangan maka pemuda harus dibina sesuai dengan asas, arah, dan tujuan pengembangan bakat generasi muda dalam jalur yang tepat serta bertumpu pada pencapaian tujuan nasional dan sebagai mana terkandung dalam Undang Undang Dasar 1945 alinea 4.
Proses sosialisasi pemuda adalah suatu proses yang sangat enentukan kemampuan diri pemuda untuk menselaraskan diri ditengah-tengah masyarakat. Dengan demikian tahapan pengembangan pemuda, dilalui dengan proses kematangan dirinya menghadapi masalah, seorang pemuda harus mampu menseleksi berbagai kemungkinan yang ada sehingga mampu mengendalikan diri dalam hidupnya ditengah-tengah masyarakat, dan tetap mempunyai motivasi sosialyang tinggi akan perubahan.
1. Pembinaan dan Pengembangan Pemuda
Pembinaan dan pengembangan generasi muda ditetapkan oleh menteri pendidikan dan kebudayaan dalam keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor : 0323/U/1978 pada tanggal 28 Oktober 1978. Maksud dari pola pengembangan ini adalah agar semua pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam penanganannya benar-benar menggunakannya sebagai pedoman sehingga pelaksanaannya dapat terarah, menyeluruh, dan terpadu serta dapat tepat sasaran dan tujuan yang diinginkan.
Pola dasar pembinaan dan pengembangan pemuda disusun berlandaskan:
a. Landasaan Idiil : Pancasila
b. Landasan Konstitusi : Undang Undang Dasar 1945
c. Landasan Strategis : Garis-garis Besar Haluan Negara
d. Landasan Historis : Sumpah Pemuda 1928 dan Proklamasi 1945
e. Landasan Normatif : Etika, tata nilai, dan tradisi leluhur
Tanpa ikut sertanya generasi muda, pembangunan ini sulit berhasil bukan karena pemuda merupakan lapisan masyarakat yang cukup besar, melainkan tanpa kreatifitas dan kepedulian pemuda pembangunan bangsa ini tidak dapat merealisasikan tujuan terdahulunya.
Apabila hal itu terjadi maka akan sulit lahir pemimpin-pemimpin yang akan melanjutkan tongkat estafet yang sudah dicanangkan oleh pemimpin terdahulu untuk memenuhi kemauan bangsanya.
Secara klasik masa muda merupakan masa yang paling menyenangkan. Pencarian jati diri dengan melakukan berbagai hal sesuai kehendak hati, kesenangan, sex bebas, narkotika, kenakalan dan lain-lain merupakan refleksi kelebihan energi yang bermuatan negatif. Selama ini pemuda merupakan obyek dan bukan subjek bagi pembangunan. Sehingga hanya sebagai penonton dan penikmat hasil dari pembangunan. Hal ini terjadi karena ketidak percayaangenerasi tua terhadap generasi muda. Takut akan terjadi kegagalan dan sikap mengecilkan bukan suatu sikap yang membangun generasi muda menuju ke arah yang lebih baik karena hal itu dapat mengganggu perkembangan mental pemuda. Tidak adanya kesempatan untuk melakukan pembangunan menumbuhkan suatu perasaan yang membosankan dari diri pemuda. Kegiatan mengasingkan diri dan membentuk kelompok-kelompok preman serta melakukan kegiatan yang meresahkan bagi masarakat umum merupakan suatu cara mereka dalam menyalurkan energy. Dengan demikian tidak dapat di salahkan jika generasi muda yang berikutnya akan demikian. Sikap imitasi/meniru prilaku dari orang lain merupakan proses belajar. Maka lingkungan juga memiliki peran yang cukup besar dalam pertumbuhan setiap insan. Lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah dan lain-lain memiliki porsi yang berbeda dalam membentuk kepribadian anak. Misal seorang anak yang tinggal di lingkungan sekolah pasti memiliki kepribadian yang berbeda dengan anak yang tinggal dilingkungan pasar.
Setiap individu dalam berinteraksi selalu melibatkan individu lain baik yang berkelompok maupun tidak. Dalam hubugannyaindividu dapat mengubah, memperbaiki bahkan merusak eksistensi suatu kelompok/lingkungan demikian juga sebaliknya kelompok/lingkungan juga dapat mengubah dan merusak individu sebagai akibat perusakan individu terhadap lingkungannya. Dengan demikian perspektif masyarakat mengenai pemasalahan-permasalahan pemuda juga harus dilihat dari kaca mata yang berbeda pula. Perilaku yang menyimpang belum tentu karena adanya keinginan dari dalam pemuda itu sendiri melinkan lingkungan yang dibentuk oleh generasi terdahulu juga berpotensi memicu tindakan yang menyimpang oleh pemuda. Keseimbangan antara manusia dan lingkungannya adalah suatu keseimbangan yang dinamis, suatu interaksi yang bergerak. Arah itu sendiri mungkin ke arah kehancuran atau perbaikkan. Hal itu tergantug pada tingkat pengelolaan manusia terhadap lingkungannya, baik potensi manusiawi maupun potensi fisik yang ekonomis.
Jurang pemisah antar golongan akan musnah jika kita memandang semua golongan itu sebagai totalitas (orang tua, pemuda, anak-anak). Dengan demikian tidak ada pertentangan antara pemuda, orang dewasa (generasi tua) dan anak-anak, secara fundamental. Tidak ada generasi yang menganggap dirinya pelindung generasi sekarang atau yang akan datang. Semuanya bertanggung jawab atas keselamatan kesejahteraan, kelangsungan generasi sekarang dan yang akan dating.Kalaupun perbedaan dalam kematangan befikir, dalam menghayati makna hidup dan kehidupan ini semata-mata disebabkan oleh tingkat kedewasaannya saja. Melainkan perbedaan antara kelompok-kelompok yang ada, antara generasi tua dan generasi muda misalnya, hanya terletak pada derajat dan ruang lingkup tanggung jawabnya.
Proses kehidupan yang dialami oleh para pemuda baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat membawa pengaruh yang besar pula dalam membina sikap untuk dapat hidup di masyarakat. Proses demikian itu bisa disebut dengan istilah sosialisasi, proses sosialisasi itu berlangsung sejak anak ada di dunia dan terus akan berproses hingga mencapai titik kulminasi. Dengan proses sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Melalui proses sosialisasi kepribadian seseorang dapat terbentuk. Dalam hal ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaiman cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Sosialisasi sangat penting dan dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat. Mau tidak mau, proses sosialisasi pasti akan kita hadapi dan jalani didalam kehidupan. Karena manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain, begitu juga pemuda.